Pages

Subscribe:

Sunday, December 30, 2012

Hindari Kesalahan Mengompres Saat Demam

InfoSehat - Demam merupakan bagian dari respons tubuh dalam mengatasi penyakit. Pada saat demam sebenarnya badan sedang berusaha mengatasi penyakit. Beberapa penyakit yang diawali dengan gejala demam seperti demam berdarah, campak, rubela, batuk pilek dalam berbagai tingkat keganasan.
Biasanya kompres menjadi pertolongan pertama saat demam melanda. Kompres dipercaya dapat mengusir demam. Namun jangan sampai niat untuk menurunkan suhu tubuh dengan mengonpres justru malah akan membuat suhu tubuh makin tinggi akibat salah mengompres.
Dr. Herbowo Soetomenggolo Sp.A menjelaskan bahwa turun atau tidaknya demam dipengaruhi banyak hal terutama penyebab demam itu sendiri. “Tetapi kompres hangat minimal dapat membuat anak lebih nyaman dan hampir 90 persen berhasil menurunkan demam,” Herbowo menerangkan. Begitu mujarabnya kompres, sehingga mayoritas ibu memilih teknik ini saat buah hati demam.
Akan tetapi sebagian besar ibu salah kaprah dalam mengompres. Kompres yang benar adalah kompres hangat atau air suam kuku. “Kompres dengan air dingin tidak digunakan lagi karena hanya menurunkan demam sesaat dan justru akan menimbulkan demam lebih tinggi setelahnya,” Herbowo mengingatkan.
Salah kaprah berikutnya yang sering ibu lakukan, mengompres di jidat. Ini salah. Herbowo mengingatkan prinsip kompres hangat, membuat seluruh reseptor demam di tubuh menyadari anak sedang mengalami lonjakan suhu. Tubuh merespons demam dengan mengeluarkan zat-zat yang bisa menurunkan demam. Reseptor demam kita ada di seluruh permukaan kulit.
“Jadi bukan di kening saja. Dengan menghangatkan seluruh permukaan kulit, terjadi pelebaran pembuluh darah di seluruh kulit sehingga aliran darah bertambah dan panas tubuh makin cepat dibuang ke udara,” urainya. Kompres mujarab jika tekniknya benar. Caranya?
Teknik mengompres yang benar dapat adalah dengan menyeka seluruh tubuh anak atau dengan cara berendam di air hangat atau air suam kuku. Mungkin Anda pernah mendengar pertolongan pertama dengan kompres alkohol. Sebaiknya metode ini Anda abaikan. Kompres alkohol sudah tidak digunakan lagi karena dapat menimbulkan efek toksik (keracunan-red) pada anak.
Demam bukan sesuatu yang berbahaya. Yang patut Anda antisipasi justru kondisi sesudah demam berlangsung. Segala tindakan dalam menangani demam berpusat bukan pada seberapa banyak demam dapat ditekan, tetapi bagaimana agar pasien nyaman meskipun sempat kejang pada 24 jam pertama.
“Penelitian menunjukkan, kejang demam tetap ada meski demam diturunkan. Kejang demam terjadi pada awal perubahan suhu yang mendadak. Hanya terjadi pada 2 sampai 4 persen populasi anak demam alias kasus langka. Kejang tidak menimbulkan kematian, cacat, serta tidak menurunkan tingkat inteligensi,” paparnya panjang.
Mengompres memang sederhana dan sepele. Hanya berbekal air, wadah, dan sehelai kain. Lalu, dipadukan dengan banyak minum air putih. Sesederhana itu. Tapi manfaatnya tak main-main. Jurnal dari Sullivan JE dan Farrar HC bertajuk Fever and Antipyretic Use in Children menyebut, pada saat demam kebutuhan cairan meningkat sampai 1,5 kali dari kebutuhan normal.
Jika kekurangan cairan, demam akan meninggi. Setelah dikompres, perbanyak minum. Fungsinya, menjaga kecukupan cairan dan mencegah timbulnya panas lebih tinggi. Jangan minum minuman yang mengandung kafein (teh, kopi-red) karena akan menyebabkan cairan tertarik keluar melalui kencing sehingga makin kekurangan cairan.
Sebaiknya sediakan termometer untuk mengantisipasi datangnya demam. Jika tubuh anak Anda sudah terlihat lemas segeralah bawa ke rumah sakit. Jangan tunggu sampai suhu badan bertambah tinggi.
“Tidak ada suhu maksimal yang ditentukan. Jika anak Anda tidak mau minum banyak sehingga terlihat lemah atau terdapat tanda-tanda dehidrasi, segeralah bawa ke rumah sakit. Selain itu, jika terdapat tanda gawat lainnya seperti sesak, kejang yang tidak berhubungan langsung dengan demam, jangan ditunda-tunda,” Herbowo mengimbau.
Jika sudah dikompres, biarkan ia beristirahat. Jangan bangunkan anak hanya untuk memandikan atau memberi obat penurun panas. Makin banyak beristirahat, makin cepat sembuh. Hal lain yang patut dicamkan, tidak ada korelasi antara demam dan makanan pantangan.
“Selama demam dan sakit, metabolisme akan terganggu. Sebaiknya mengonsumsi makanan yang lunak sehingga mudah dicerna. Satu lagi, hindari pemakaian baju berlapis dan selimut tebal karena itu malah menyulitkan kulit untuk melakukan pertukaran panas dengan udara,” pungkas Herbowo.
Sumber: tabloidbintang.com

0 comments:

Post a Comment